Rumah Kedelai Grobogan
Berjalan dengan pengembangan
Edukasi, Agribisnis, Kedelai
Dr. SUNANTO, S.ST, MP
SDG's - Tanpa Kemiskinan
RB Tematik -
RB Tematik - Prioritas Presiden
Penghargaan - Top 45/2019
Kurasi Ringkasan
Saat ini hampir semua produk olahan kedelai yang beredar di pasaran berbahan baku kedelai impor transgenik atau Geneticaly Modified Organism (GMO), termasuk tempe. Sangat disayangkan, makanan khas Indonesia warisan nenek moyang ini bahan bakunya justru berasal dari petani luar negeri. Tidak ada lagi “Tempe Merah Putih, Tempe 100% Indonesia”. Ironisnya mayoritas konsumen tidak sadar, bahwa sebagian besar tempe yang dikonsumsi sehari-hari berbahan baku kedelai impor. Seolah kita tidak mempunyai kedaulatan atas bahan pangan sendiri. Dominasi kedelai impor yang berharga murah ini menjadi salah satu penyebab perkembangan kedelai lokal cenderung stagnan. Hal ini juga terjadi di Grobogan.
Berawal dari permasalahan tersebut, Pemerintah Kabupaten Grobogan berinovasi mendirikan Rumah Kedelai Grobogan (RKG). Instalasi ini mulai dibangun pada tahun 2013 dan diresmikan pada tanggal 25 Maret 2017 oleh Gubernur Jawa Tengah.
RKG merupakan instalasi terpadu yang memberikan pelayanan informasi dan edukasi agribisnis kedelai lokal, dari hulu sampai hilir berbasis one stop learning. Edukasi tuntas pada satu lokasi. Pengguna layanan dibimbing mulai dari perbenihan hingga pemasaran produk olahan kedelai. Motto pelayanan RKG adalah “CAFE SOIBIN” (Cepat Efisien Sopan Ikhlas Bermanfaat Inovatif). Unit pembelajaran pada RKG meliputi Seed Center, Learning Center, Rumah Tempe Hygiena, Rumah Tahu Hygiena, Rumah Kemas, Promotion Center dan Soybean Resto. Proses edukasi dilakukan oleh coach yang tergabung dalam Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) ‘Green Soybean Center’.
Saat ini RKG menjadi role models pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia. Penerima manfaat pelayanan RKG meliputi petani, UMKM, siswa sekolah, siswa pra sekolah, mahasiswa, instansi pemerintah pusat dan daerah, perguruan tinggi dan masyarakat umum.
Sampai bulan Mei 2019, penerima manfaat pelayanan di RKG tersebar di 12 provinsi dan 25 kabupaten di Indonesia. RKG juga telah melakukan edukasi terhadap 249 kelompok yang berasal dari 14 kecamatan sentra kedelai di Grobogan.
Keberadaan RKG telah memberi dampak positif, baik secara lokal maupun nasional. Dampak lokal antara lain meningkatnya produksi kedelai dari 28.980 ton (2013) menjadi 54.065 ton (2017), jumlah penangkar benih kedelai juga meningkat dari 10 penangkar (2013) menjadi 24 penangkar (2017). RKG juga berhasil menginkubasi munculnya 8 UMKM.
Kehadiran RKG telah menginspirasi Kementerian Pertanian RI untuk melakukan branding produk olahan kedelai lokal non GMO dengan meluncurkan label GREATS (Gurih Renyah Enak Aman Tanpa GMO Sehat). Indonesian Tempe Movement, organisasi nirlaba yang aktif mempromosikan tempe di luar negeri mengakui keunggulan kedelai lokal, sehingga mereka mengganti bahan baku salah satu produknya dari kedelai impor menjadi kedelai lokal.
Daftar / Masuk
untuk melihat informasi selengkapnya
- 31 Oct 2024
- JAWA TENGAH
- Tanpa Kemiskinan
- Dilihat
- Minat
- Kesepakatan
- Replikasi
Wilayah Instansi & Inovasi
Pemerintah Kabupaten Grobogan
JAWA TENGAH
Dinas Pertanian