KA’BAH WILDA (Kayapu Membawa Berkah untuk Wilayah Daha)

Berjalan dengan pengembangan
pertanian, petani, tanaman lokal, kelompok tani
Rani,SP. Cs
SDG's - Tanpa Kelaparan
RB Tematik -
RB Tematik - Prioritas Presiden
Penghargaan - TOP 99/2021

Kurasi Ringkasan

Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) memiliki tiga kawasan pertanian seluas 32.936 Ha terdiri kawasan rawa lebak 12.678 Ha, kawasan dataran 15.298 Ha dan kawasan pegunungan 4.960 Ha. Daerah rawa lebak terdapat di wilayah Daha meliputi Kecamatan Daha Selatan, Daha Utara dan Daha Barat dengan jumlah penduduk 85.201 jiwa (35,57% jumlah penduduk HSS). Sebagian besar mata pencaharian penduduknya di sektor pertanian (usaha tani padi). 

Permasalahan yang dihadapi petani lahan rawa lebak pertama adalah tanaman gulma/tanaman pengganggu, yaitu sekitar 30-40% gulma tumbuh bersamaan dengan tanaman padi. Tanaman tersebut dapat menghambat pertumbuhan padi dan akhirnya menurunkan produktivitas. Kedua, jadwal tanam padi dilakukan awal musim kemarau yaitu menunggu air surut, sehingga sangat rentan kekeringan lahan. Ketiga, membutuhkan biaya produksi yang cukup tinggi, terutama biaya tenaga kerja pembersihan lahan, BBM dan pemupukan. Upaya menyelesaikan tiga permasalahan tersebut dilakukan terobosan inovasi KA’BAH WILDA (Kayapu Membawa Berkah untuk Wilayah Daha). 

Inovasi ini dengan memanfaatkan tanaman lokal, tumbuh liar dan berkembang biak di daerah perairan lahan rawa lebak yaitu tanaman Kayapu (Pistia stratiotes L) yang dimanfaatan sebagai mulsa alami/penutup tanah pada budidaya usaha tani padi. Mulsa alami ini berfungsi menekan pertumbuhan gulma, menjaga kelembaban tanah agar tidak terjadi kekeringan lahan pada musim kemarau dan menurunkan biaya produksi. 

Tahun 2020 penerapan Inovasi di wilayah Daha sebanyak 98 kelompok tani dengan luasan 2.957 Ha. Penerapan inovasi oleh petani, pendampingan dan penyuluhan oleh penyuluh pertanian yang dibekali buku saku SOP pemanfaatan kayapu sebagai mulsa, monitoring dan evaluasi oleh Dinas Pertanian. Masa pandemi Covid-19 tidak berpengaruh besar. Aktivitas penerapan inovasi sesuai SOP dengan memperhatikan protokol kesehatan seperti mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak.

Dampak Inovasi yaitu efisiensi biaya produksi. Tanpa menerapkan inovasi biaya mencapai Rp 4.048.000/Ha sedangkan yang menerapkan inovasi hanya Rp 847.000/Ha sehingga terjadi efisiensi Rp 3.201.000/Ha. Total efisiensi penerapan inovasi Rp 9.465.357.000 dengan luas lahan 2.957 Ha. Selain itu juga terjadi peningkatan produktivitas. Pada tahun 2020, produktivitas padi yang menggunakan kayapu sebesar 4,97 Ton/Ha sedangkan tanpa kayapu hanya 4,67 Ton/Ha. 

Untuk menjamin dan memastikan keberlanjutan Inovasi, dilakukan penandatanganan nota kesepakatan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dengan Dinas Pertanian Kabupaten HSS. Gapoktan menjadi unit kerja sama, percontohan, yang memotivasi anggotanya dalam penerapan inovasi. Dinas Pertanian sebagai pembina, pengambil kebijakan/program, dan pelaksana monitoring dan evaluasi atas inovasi. Selain itu, diterbitkan pula Peraturan Bupati HSS Nomor 71 Tahun 2019 tentang Pedoman Bantuan Premi Asuransi Usahatani Padi dan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2009 tentang Kawasan Agropolitan. 

Inovasi telah direplikasi daerah-daerah sekitar dan berpotensi untuk direplikasi oleh daerah lain karena mudah diterapkan pada lahan dengan karakteristik sama yaitu rawa lebak.

Daftar / Masuk
untuk melihat informasi selengkapnya

  • Publikasi
  • Provinsi
  • SDG's
  • 03 Jul 2024
  • KALIMANTAN SELATAN
  • Tanpa Kelaparan

0

0

  • Dilihat
  • Minat
  • Kesepakatan
  • Replikasi
  • 74
  • 0
  • 0
  • 0

Wilayah Instansi & Inovasi

Pemerintah Kabupaten hulu sungai selatan

KALIMANTAN SELATAN

Dinas Pertanian

Hak Cipta(C)2022 - 2024 Etalase Pelayanan Publik dari Seluruh Daerah di Indonesia | Privacy Policy