RAT HUNTER

Berjalan dengan pengembangan
lahan sawah, hama, kelompok tani
Dr. SUNANTO,.S.ST.MP
SDG's - Tanpa Kelaparan
Oecd -
RB Tematik -
RB Tematik - Prioritas Presiden
Penghargaan - TOP 45/2021
Kompetisi -

Kurasi Ringkasan

                      Kabupaten Grobogan memiliki lahan sawah seluas 83.833 ha, merupakan penyangga pangan beras tingkat nasional nomor 7 dan tertinggi di Jawa Tengah. Kabupaten Grobogan juga penghasil jagung dan kedelai terbesar di Jawa Tengah dengan konstribusi 33,3% untuk jagung dan 34% untuk kedelai. 

Tikus sawah merupakan salah satu hama utama yang sulit dikendalikan. Berbagai upaya pengendalian mulai dari pengemposan, pengasapan, gerakan pengendalian massal, pengumpanan, dan penggunaan perangkap tidak efektif. Tahun 2009 Pemerintah Kabupaten Grobogan membuat inovasi pengendalian hama tikus dengan memanfaatkan predator alami burung hantu spesies Tyto alba sebagai pemburu tikus (Rat Hunter). 

Penggunaan predator Tyto alba dapat memburu tikus secara berkelanjutan, ramah lingkungan, serta lebih efektif dan efisien. Pengembangan Tyto alba didukung dengan sistem kandang karantina pada setiap penambahan lokasi baru Rumah Burung Hantu (Rubuha) yang jauh lokasinya, dan pemberdayaan Regu Pengendali Hama (RPH) untuk pengembangan, pemeliharaan, serta pengawasan burung hantu dan Rubuha. Lokasi Rubuha yang sudah optimal digunakan oleh kelompok tani lain sebagai lokasi edukasi dan studi banding. 

Komponen inovasi terdiri dari: 1) Burung hantu Tyto alba, yang memiliki karakteristik hanya mau memangsa tikus; 2) Kandang karantina, berfungsi untuk menangkarkan burung hantu pada lokasi pengembangan, perawatan burung sakit atau anakan, dan setelah dewasa/sehat dilepasliarkan ke alam; dan 3) Rubuha, merupakan sarang buatan sebagai rumah burung hantu di areal persawahan. 

Inovasi Rat Hunter telah memberikan dampak positif. Jumlah Rubuha meningkat dari 85 unit (2011) menjadi 944 unit (2020), Intensitas serangan hama tikus menurun dari 60-90% (2011) menjadi 20-30% (2020), dan luas serangan tikus menurun dari 990 ha (2011) menjadi 137 ha (2020). Secara tidak langsung, inovasi berdampak terhadap peningkatan produksi padi dari 574.671 ton GKG (2011) menjadi 806.139 ton GKG (2020) dan peningkatan produksi jagung dari 502.212 ton (2011) menjadi 771.957 ton (2020). 

Pemerintah Kabupaten Grobogan mendorong keberlanjutan inovasi dengan strategi: 
1) Mendorong pemerintah desa menerbitkan Peraturan Desa tentang pelestarian dan pemanfaatan Tyto alba; 2) Merancang Raperda tentang perlindungan dan pemanfaatan Tyto alba; 3) Mendorong RPH melakukan pemeliharaan Rubuha secara swadaya; 4) Meningkatkan peran tokoh masyarakat untuk menggerakkan pembuatan Rubuha; 5) Melakukan sosialisasi secara terus-menerus kepada para petani; 6) Menerapkan SOP pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan; dan 7) Meningkatkan populasi Tyto alba. 

Sampai saat ini inovasi Rat Hunter telah direplikasi antardesa antarkecamatan dan berpotensi untuk direplikasi di seluruh Indonesia, karena Tyto alba merupakan satwa asli Indonesia yang mudah beradaptasi dan dikembangkan. Rubuha dan kandang karantina mudah dibuat secara sederhana, dengan bahan murah dan mudah diperoleh.
                    
        

Daftar / Masuk
untuk melihat informasi selengkapnya

  • Publikasi
  • Provinsi
  • SDG's
  • 04 Jul 2024
  • JAWA TENGAH
  • Tanpa Kelaparan

0

0

  • Dilihat
  • Minat
  • Kesepakatan
  • Replikasi
  • 235
  • 0
  • 0
  • 0

Wilayah Instansi & Inovasi

Pemerintah Kabupaten Grobogan

JAWA TENGAH

Dinas Pertanian

Hak Cipta(C)2022 - 2025 Etalase Pelayanan Publik dari Seluruh Daerah di Indonesia | Privacy Policy