Tigo Tungku Sejerangan Sebagai Upaya Pengobatan TB MDR
                          
              
                Berhenti
            
                    Pelayanan Kesehatan, Pelayanan RS, Tuberkulosis
        
                            Dr Taufiq Hidayat, Sp.P
                    
        SDG's - Kehidupan Sehat dan Sejahtera
         Oecd - 
        RB Tematik -
                                                                              
        Penghargaan - Top 99/2016
                Kompetisi - 
     
    
      
        Kurasi Ringkasan
        
        
                      Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Achmad Mochtar berlokasi di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. RSUD melayani penderita Tuberkulosis (TB) yang merupakan penyakit infeksi menular disebabkan oleh micobacterium tuberculosis. Proses penularannya melalui droplet (percikan ludah saat penderita batuk). Kirakira 65% penderita yang tidak diobati akan meninggal dalam waktu 5 tahun. Salah satu strategi pengobatan adalah DOTS (Direct Observed Treatment Shortcourse) dengan fokus utama penemuan kasus dan penyem buhan pasien. Karena pengobatan cukup lama dan penderita harus makan obat secara teratur, sering menyebabkan terputusnya pengobatan. Kondisi ini berpotensi terjadinya resistensi terhadap Obat Anti Tuberkulosis (Multi Drugs ResistenceMDR). Waktu pengobatan pasien TB MDR lebih lama dibandingkan dengan TB biasa, yaitu 18 s/d 22 bulan. Masalah dalam pelayanan pasien TB adalah dampak negatif TB yang mudah menular. Pengobatan TB sering tidak tuntas karena terbatasnya komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) untuk pasien. Kearifan lokal belum termanfaatkan, dan penatalaksanaan pelayanan TB MDR lebih rumit. Konsep “Tigo Tungku Seje rangan” Poliklinik TB MDR di RSUD merupakan solusi pengendalian TB MDR, yaitu partisipasi keluarga sebagai pengawas minum obat (PMO), pemberian pendidikan kesehatan KIE pada pasien, dan peran tokoh agama/tim rohani. Penyediaan ruangan khusus layanan, pembuatan konsep model layanan “Tigo Tungku Sejerangan”, mempersiapkan tenaga layanan, layanan one stop service, mempersiapkan saranaprasarana layanan, dan pertemuan rutin lintas kelompok staf medis, pengobatan dan perawatan, dan KIE. Di samping itu dilakukan Focus Group Discussion (FGD), transfer pengetahuan, evaluasi, dan penerbitan Piagam Sembuh dari Penyakit TB MDR. Layanan TB MDR mengintegrasikan proses pelayanan meliputi pendaftaran, pemeriksaan, konsultasi dan apotik dilaksanakan di satu poliklinik. Mendorong kepatuhan pasien dan komunikasi intens petugas dengan pasien. Sebelum inovasi, penderita TB MDR mempunyai banyak kesulitan dalam pengobatan. Sesudah inovasi, tumbuh keinginan pasien untuk sembuh. Menurunnya angka kejadian drop out pengobatan, dan sembuhnya 6 orang pasien TB MDR yang telah berhasil menyelesaikan pengobatan selama 22 bulan pada tahun 2015. Penatalaksanaan pengobatan TB MDR makin teratur. Kemudahan akses dan kenyamanan layanan. Meminimalkan transmisi infeksi silang. Meningkatnya interaksi antarpasien dan pasien dengan petugas. Meningkatnya Indeks Kepuasan Pasien 75,15% (kategori baik tahun 2014) menjadi 81,56% (kategori sangat baik tahun 2015). Meningkatnya penjaringan pasien yang diduga menderita TB MDR. Meningkatnya jumlah pasien yang bersedia mengikuti program pengobatan TB MDR. Pengobatan yang membutuhkan waktu yang lama (minimal 18 bulan) sangat memerlukan sikap sabar dan semangat yang tinggi dari pasien dan petugas pengawas minum obat (PMO). Kemitraan dan sinergi berbagai pihak terutama keluarga pasien menjamin keberhasilan penanganan inovasi ini.
Pelaksanaan Inovasi Tigo Tungku sajarangan masih terlaksana dengan baik hingga akhir tahun 2022 dan pada tahun 2023 ada beberapa kendala yang muncul  antara lain pasien tidak patuh minum obat dihadapan petugas hal ini di sebabkan karena kondisi pasien yang menyebabkan terkendala untuk datang ke faskes dan banyaknya petugas pemegang program TB di faskes satelit yang masih baru sehingga belum ter update ilmu terkait TB MDR
Gambaran masalah: 
1.	Banyak dampak yang ditimbulkan oleh penyakit Tuberkulosis Paru
2.	Pelayanan pasien TB di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi masih bergabung dengan kasus non infeksi paru.
3.	 Pengobatan TB MDR yang lama (18-22 bulan) makan obat tiap hari + suntikan setiap hari selama 2 bln menimbulkan kejenuhan, ketidak berdayaan dan putus asa pasien dan stigma di masyarakat,
4.	Tahun 2014 ada 6 orang (22,2%) drop out dari 27 orang mengikuti program pengobatan.
5.	Permasalahan utama TB-MDR kurangnya dukungan psikososial dari keluarga/lingkungan.
6.	Merupakan hal yang luar biasa bila pasien mampu memotivasi diri untuk terus menjalani pengobatan yg  seberat itu sampai sembuh.
                    
        
        
        Daftar / Masuk 
untuk melihat informasi selengkapnya
 
        
          
        
       
      
        
          
            
              
              
                  
                      - 18 Jul 2024
 
                      - SUMATERA BARAT
 
                      - Kehidupan Sehat dan Sejahtera
 
                  
               
              
             
            
              
                
                    
                        
                            - Dilihat
 
                            - Minat
 
                            - Kesepakatan
 
                            - Replikasi
 
                        
                     
                    
                 
                 
              
                
                    
                      
                                                  
                                                
                            Wilayah Instansi & Inovasi
                            Pemerintah Provinsi Sumatera Barat
                            SUMATERA BARAT
                            RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi