Kurasi Ringkasan

                      Pada tahun 2010 masyarakat Kota Malang masih menganggap sampah sebagai sumber masalah, hal tersebut dikarenakan masyarakat belum memahami nilai ekonomi dari pengelolaan sampah, selain itu rendahnya partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan sampah, sehingga berdampak pada meningkatnya angka timbulan sampah yang masuk ke TPA Supit Urang.

Inisiasi ini telah berhasil mengajak masyarakat menerapkan perilaku 3R dengan menjual sampah daur ulang dan menabung hasil penjualannya di BSM serta memanfaatkan sampah menjadi barang yang bernilai ekonomi. Pengelolaan sampah berbasis sirkular ekonomi masyarakat ini telah menginspirasi banyak Kab/Kota lain di indonesia guna mereplikasikannya, bahkan sejak tahun 2017 kinerja Bank Sampah merupakan salah satu indikator Program Pengurangan Sampah yang wajib dilaporkan Kab/Kota setiap semester kepada KLHK melalui aplikasi Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SISPN) yang dijadikan parameter penilaian Adipura setiap tahunnya.

Setelah ditetapkan sebagai Pemenang TOP 25 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik tahun 2015, gerakan masif tersebut berkembang secara makro dan terintegrasi pada seluruh layanan pengelolaan sampah di Kota Malang dengan meningkatkan keterpaduan nilai konomi, sosial, edukasi, lingkungan. Sebagai upaya mewujudkan Kota Malang Bebas Sampah 2025 melalui pengembangan sasaran inovasi dari lingkup terbatas pada program Emas Hitam Dibalik Tumpukan Sampah menjadi lingkup lebih luas pada program Kuthone Resik Rejekine Apik. Pengembangan Inovasi ini memadukan pengelolaan sampah terintegrasi kolaboratif berdasarkan empat aspek yaitu: peningkatan keterlibatan masyarakat, peningkatan kapasitas teknis melalui pembangunan sarana dan prasarana, penegakan hukum dan regulasi, dan penguatan aspek finansial.
                    
        

Daftar / Masuk
untuk melihat informasi selengkapnya