Kurasi Ringkasan
Perjuangan meraih mimpi mencerdaskan kehidupan bangsa terpatri dalam mukadimah konstitusi yang sering berhadapan dengan beragam isu kesetaraan akses bagi setiap anak bangsa. Salah satunya adalah tantangan menyediakan ekosistem inklusif bagi siswa berkebutuhan khusus di sekolah-sekolah negeri Kota Malang.
Tahun ajaran 2018/2019 ditemukan 24 siswa kategori mentally retarted, borderline, below average, ADD/ADHD, tahun pelajaran berikutnya semakin bertambah hingga menghadirkan permasalahan di SMPN 10 Malang yang bukan merupakan sekolah inklusi. Jajaran guru mayoritas belum memiliki kompetensi GPK, siswa istimewa kesulitan menerima materi, tidak mau bersekolah, bahkan terhambat secara mental dan ditambah orang tua kurang memahami kebutuhan istimewa putra-putrinya.
Untuk menjawab masalah tersebut, SMPN 10 Malang menggagas inovasi Jarik Ma’Siti, sebuah akronim dari Belajar Menarik Bersama Siswa Istimewa. Inovasi ini menitikberatkan pada pengembangan metode pembelajaran adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus yang disebut siswa istimewa.
Prosesnya diawali dengan menerapkan program Gali Data, IdentifikaSi, AssesMENt, planNING matriks, Pembelajaran INdividual dan TERapi (Gadis Mening Pinter), serta guru memetakan kebutuhan spesifik atas pemahaman terhadap karakteristik siswa.
Selanjutnya, modifikasi kurikulum dilakukan dengan pendekatan adaptasi, eskalasi, simplifikasi, omisi dan subtitusi (ADA S.O.S). Semua itu lalu diterjemahkan dalam modul, media, dan bahan ajar yang tepat bagi siswa istimewa.
Digerakkan oleh Kusiyah, Yenni, dan Rakhmawati sebagai pelopor inovasi, Jarik Ma’Siti diterapkan dengan memberdayakan seluruh sumber daya sekolah.
Pendekatan kolaboratif dibangun bersama Departemen Psikologi Universitas Brawijaya, Fakultas Psikologi UMM, UPT Layanan ABK, SD/SMP/SMK Negeri, swasta, dan berbagai pihak lainnya.
Lima tahun berjalan, inovasi Jarik Ma’Siti mampu menghadirkan pembelajaran yang mudah dan nyaman dijalani bagi 581 siswa istimewa SMPN 10 Kota Malang.
Dampaknya, seluruh siswa istimewa bisa lulus 100% dengan predikat baik dan melanjutkan ke jenjang berikutnya. Kemampuan akademik, kecakapan hidup, perilaku, kepuasan belajar siswa, dan layanan bagi orang tua pun meningkat signifikan.
Keberhasilan Jarik Ma’Siti menginspirasi lahirnya kebijakan Wali Kota Sutiaji untuk direplikasi sebagai model pendidikan inklusi di 29 SMPN di Kota Malang. Inovasi ini juga berbagi penerapan pada beberapa SMP Swasta Kota Malang, Kabupaten Sidoarjo, Situbondo, Magelang, Cianjur, dan Tapin.
Terpilihnya Jarik Ma'Siti sebagai salah satu inovasi terbaik nasional dari total 2.135 inovasi seluruh Indonesia dimaknai Wali Kota Malang Drs. H. Sutiaji sebagai pesan penting dan perhatian terhadap upaya menghadirkan jembatan asa menuju lahirnya pendidikan makin inklusif di Kota Malang dan Indonesia, serta terwujudnya pencapaian sejumlah agenda pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals/SDGs).
"Anak-anak kita, termasuk anak-anak istimewa, berhak mendapat akses pendidikan yang setara. Ini adalah ikhtiar kami memenuhi amanat konstitusi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Karena kita semua, istimewa," ujar Sutiaji.
Daftar / Masuk
untuk melihat informasi selengkapnya