Cabai Hiyung Tapin Mendunia, Pedasnya 17 X Lipat

Berjalan
budidaya, lahan pertanian, cabai
Dr. H. Meidy Harris Prayoga, SE, ME
SDG's - Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi
Oecd -
RB Tematik - Peningkatan Investasi
RB Tematik - Prioritas Presiden
Penghargaan - TOP 45/2020
Kompetisi -

Kurasi Ringkasan

                      <p>Desa Hiyung adalah desa yang terletak di Kecamatan Tapin Tengah Kabupaten Tapin. Memiliki karakteristik lahan dataran rendah berupa tanah sedimen asam, kondisi pH yang asam dan drainase yang terhambat. Kondisi ini menyebabkan penduduk di Desa Hiyung tidak dapat memanfaatkan lahan untuk ditanami komoditas tanaman pangan sehingga diperlukan inovasi komoditas yang cocok untuk dikembangkan sesuai dengan karakteristik lahan yang ada. Berbekal kearifan lokal yang dimiliki, masyarakat mengolah lahan dan menanaminya dengan cabai Hiyung. Ternyata cabai ini memiliki keunggulan pada tingkat kepedasan yang sangat pedas. Cabai yang memiliki nama ilmiah Capsicum frustescens L ini ditetapkan menjadi cabai terpedas di Indonesia. Bahkan tingkat kepedasannya mencapai 17 kali lipat dari cabai biasa.. Keunikan cabai ini memang terletak pada tingkat kepedasan (capsaicin) yang mencapai 2.681,97 ppm (uji lab 2020) ini lebih pedas dibandingkan jenis cabai rawit lainnya. Keunggulan ini tentu saja tidak dimiliki oleh daerah lain dan menjadi kekhasan tersendiri yang dimiliki oleh Kabupaten Tapin. Inovasi ini bertujuan untuk menjaga dan menjamin kelestarian plasma nuftah terkait dengan keunggulan, kekhasan dan kualitas cabai rawit lokal varietas hiyung. Di samping itu, inovasi ini juga bertujuan meningkatkan perekonomian dan pemberdayaan masyarakat desa khususnya di Kabupaten Tapin yang juga sekaligus mewujudkan visi misi Bupati Tapin pada sektor pertanian yaitu peningkatan kemandirian pangan dengan kebijakan peningkatan dan ketersediaan pangan berkelanjutan. Efektifitas inovasi ini adalah meningkatnya luas panen, produksi dan produktivitas cabai rawit hiyung. Luas panen cabai hiyung dalam kurun waktu 5 tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Pada 2015, luas lahan baru 54 ha, meningkat menjadi 145 ha di tahun 2019 dengan tingkat produksi sebesar 1.596,4 ton. Sementara itu terdapat peningkatan produktivitas sebesar 8-11 ton/ha atau hampir 4 kali lipat dari produktivitas tahun 2015 yang hanya 3,3 ton/ha. Hasil kajian dari Bank Indonesia pada 2017 menunjukkan tingkat pendapatan petani cabai hiyung dari sektor usaha tani setiap 0.5 ha adalah rata-rata sebesar Rp. 61.050.000-Rp.119.236.000/tahun. Pengembangan inovasi dilakukan dengan menyediakan perencanaan kawasan pertanian cabai rawit hiyung yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman ini sendiri. Hal ini menjadi aspek penting mengingat potensi kemampuan lahan pertanian di Kabupaten Tapin masih cukup luas. Prospek permintaan pasar dari luar Kabupaten Tapin juga cukup menjanjikan, dengan adanya trademark “Cabai Rawit Hiyung” masyarakat sudah mengenal tingkat kepedasannya sehingga permintaan terhadap hasil panen sangat menjanjikan. Replikasi terhadap inovasi ini dapat diterapkan bagi pemerintah daerah yang berminat untuk menggunakan bibit cabai hiyung terutama bagi daerah yang memiliki karakteristik lahan yang sama. Cabai rawit hiyung menjadi potensi komoditas yang menjanjikan dan menjaga ketahanan pangan dari sektor hortikultura.</p>
                    
        

Daftar / Masuk
untuk melihat informasi selengkapnya

  • Publikasi
  • Provinsi
  • SDG's
  • 16 Dec 2024
  • KALIMANTAN SELATAN
  • Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi

0

0

  • Dilihat
  • Minat
  • Kesepakatan
  • Replikasi
  • 667
  • 0
  • 3
  • 4

Wilayah Instansi & Inovasi

Pemerintah Kabupaten Tapin

KALIMANTAN SELATAN

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH

Hak Cipta(C)2022 - 2025 Etalase Pelayanan Publik dari Seluruh Daerah di Indonesia | Privacy Policy