Kurasi Ringkasan
Kelurahan Winongo berada di Kecamatan Mangunharjo, Kota Madiun yang menjadi lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah. Sampah tidak terkelola dengan baik di sekitar lingkungan Kelurahan Winongo. Kesadaran masyarakat terhadap pelestarian lingkungan masih rendah antara lain tidak berusaha mengurangi timbunan sampah dan memanfaatkannya dengan mendaur ulang. Sebagian besar warga beranggapan bahwa pelestarian lingkungan hidup adalah pekerjaan sosial, dan masyarakat tidak perlu berpartisipasi dalam pengelolaan sampah. Dengan membayar retribusi sampah maka urusan sampah dibebankan seluruhnya kepada petugas kebersihan dan pemerintah. Aparatur Kelurahan Winongo merintis pembentukan Bank Sampah Matahari, di singkat Bank Sampah sebagai solusi masalah sampah, sejak tahun 2011. Kegiatan utama Bank Sampah adalah membeli sampah dari masyarakat, memilah dan memanfaatkannya. Juga membuat kolam ikan lele, kebun sayur mayur, dan pelatihan keterampilan kepada ibu-ibu yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Pembinaan Bank Sampah antara lain berupa pelatihan, studi banding, fasilitasi kerja sama dengan berbagai lembaga masyarakat dalam melestarikan lingkungan. Bank Sampah unik dan kreatif karena merupakan swadaya masyarakat dalam menemukan cara tepat pengelolaan sampah. Pertama, penguatan Bank Sampah melalui pembinaan oleh instansi terkait dan mengikutsertakan dalam berbagai pelatihan dan studi banding. Kedua, kerja sama dengan berbagai lembaga masyarakat untuk bersama-sama melestarikan lingkungan. Ketiga, pengembangan keanggotaan Bank Sampah dengan memberikan pemahaman dan dorongan kepada masyarakat guna memper luas kawasan yang dikelola. Keempat, kesepakatan bahwa setiap 2 (dua) minggu sekali dilakukan panen sampah dan para anggota diharapkan menyetorkan sampah. Kelima, kemudian sampah dipilah sesuai jenis baik anorganik (plastik, pembungkus semen, dan botol yang bisa dimanfaatkan untuk dibuat kerajinan), sampah organik dimanfaatkan untuk pupuk tanaman, dan sisanya dijual ke pengepul sampah. Sebelum ada Bank Sampah, sampah menumpuk di jalan karena tidak semuanya bisa terangkut oleh petugas ke bersihan. Sesudah ada Bank Sampah, setiap warga Winongo menjadi anggota bank sampah, menabung hasil sampahnya, untuk kemudian mengambil uang hasil tabungan sampah pada saat lebaran dibutuhkan. Pengurus Bank Sampah memanfaatkan lahan kosong untuk dikelola sebagai kebun sayur dan kolam lele untuk meningkatkan gizi keluarga, memberikan pela tihan kepada masyarakat untuk membuat kerajinan berbahan dasar sampah berupa keset, bunga hias, dan tas, untuk menambah penghasilan anggota. Juga dikembangkan tanaman obat keluarga dan tanaman holtikultura. Keluaran Bank Sampah meliputi terciptanya kawasan bersih, sehat dan lestari di lingkungan percontohan, terciptanya lapangan kerja tambahan bagi pemilah sampah, meningkatnya pendapatan anggota Bank Sampah melalui tabungan yang dimiliki; dan meningkatnya jumlah biopori yang terpasang di sekitar rumah warga yang berfungsi menyerap air tanah untuk pelestarian lingkungan. Manfaat Bank Sampah adalah kenyamanan lingkungan, memberi peluang kerja, berkurangnya volume sampah yang masuk ke tempat penampungan sampah. Keterampilan ibu-ibu bertambah dalam mendaur ulang sampah anorganik menjadi barang yang bernilai jual dan mengubah sampah organik menjadi pupuk tanaman. Bank Sampah memberi kontribusi dalam menunjang berbagai kegiatan lomba yang dicapaai Kelurahan Winongo di tingkat kecamatan, kota, dan propinsi. Inisiatif Bank Sampah masyarakat direspon cepat oleh jajaran Kelurahan Winongo. Pemberdayaan dan partisipasi masyarakat meningkat. Kebersihan merupakan tanggung jawab bersama dan partisipasi publik berhasil melestarikan lingkungan. Komitmen, kebersamaan, dan kepedulian merupakan modal utama yang memicu pengembangan Bank Sampah. Perubahan pola pikir dan budaya kerja dari sampah sebagai musuh menjadi sampah yang harus dimanfaatkan.
Daftar / Masuk
untuk melihat informasi selengkapnya